Selasa, 12 Mei 2009

Goa Jatijajar

SEJARAH GOA JATIJAJAR

Goa jatijajar ditemukan pada tahun 1803 oleh seorang petani yang memiliki tanah diatas Goa tersebut yang bernama Jayamenawi. Pada suatu hari ketika Jayamenawi sedang merumput terjatuh ke lubang yang ternyata lubang tersebut adalah lubang ventilasi yang ada di langit-langit goa tersebut. Pada mulanya pintu-pintu goa masih tertutup oleh tanah yang kemudian dibongkar oleh penduduk sekitar, karena adanya dua pohon jati yang tumbuh sejajar di depan pintku goa maka dinamakan “Goa Jatijajar”. Goa jatijajar kemudian dikelola oleh penduduk sekitar sebagai tempat penambangan batu gamping.
Goa jatijajar adalah goa alam yang terletak di desa jatijajar, kecamatan Ayah, Kabupaten Dati II kebumen. Goa ini terbentuk dari batu kapur yang mempunyai panjang 250 meter, lebar rata-rata 15 meter, tinggi rata-rata 12 meter dengan ketebalan langit-langit 15 meter yang berad 50 meter diatas permukaan langit. Goa jatijajar terdiri dari tujuha anak sungai atau sendang, tetapi yang mudah dicapai adalah empat sungai yaitu sungai Puser Bumi, Sungai Jombor, Sungai Mawar, dan Sungai Kantil. Goa jatijajar juga terdiri dari stalagtit, dan stalagmite. Kesemua itu terbentuk dari endapan air hujan yang sidah bereaksi dengan batu-batu kapur yang ditembusnya.
Sebelum goa jatijajar di bangun sebagai Obyek Wisata, Goa jatijajar dikelola oleh beberapa juru kunci yaitu diantaranya adalah:
1. Jaya Menawi, Juru kunci I
2. Bangsatirta, juru kunci II
3. Manreja, juru kunci III
4. Jayawikrama, juru kunci IV
5. Sansikrama, juru kunci V
Seiring dengan adanya kebutuhan akan pengembangan daerah wisata, pada tahun 1975 goa jatijajar mulai dibangun dan dikembangkan sebagai obyek wisata yaitu dengan pemasangan lampu listrik, pemasangan trap-trap beton untuk memberikan kemudahan bagi para wisatawan dalam menurusi gua serta pemasangan patung-patung atau diorama ynag mengkisahkan legenda rakyat yaitu “Raden Kamandaka Lutung Kasarung“. Sebagai penggagas pembangunandan pengembangan goa jatijajar adalah Bapak Suparjo Rustam selaku Gubernur Jawa Tengah. Untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan goa jatijajar adalah terlebih membebaskan tanah milik penduduk sekitar goa jatijajar yang terkena penbangunan sebesar 5,5 ha dan kemudian menunjuk CV AIS dari Yogyakarta yang dipimpin oleh Bapak Saptoto sebagai pelaksana pembangunan. Setelah goa jatijajar dibangun, pengelolanya adalah Pemda Kabupaten Dati II Kebumen hingga Sekarang.

LEGENDA RADEN KAMANDAKA

Kamandaka yang nama aslinya Raden Banyak Contro adalah Putra Mahkota kerajaan Pajajaran. Pusat pemerintahan Pasirluhur atau Galuh Timur pada abad 14 kurang lebih berada di sekitar Baturaden (Purwokerto), di lereng gunung Slamet. Prabu Siliwangi raja Pajajaran pada waktu iitu memiliki 2 permaisuri. Dari permaisuri pertama meninggal, Prabu Siliwangi mengangkat permaisuri kedua, Dewi Kumudaningsih. Sebelumnya Dewi Kumudaningsih emberi syarat mau menjadi permaisuri jika anak laki-lakinya kelak dapat menjadi raja, menggantikan Prabu SIliwangi. Dari permisuri kedua ini terturunkan Banyak Blabur dan Dewi Pamungkas.
Prabu Siliwangi yang sudah lanjut usia berencana mengangkat putra sulungnya, Banyak Contro, untuk menggantikannya. Permintaan itu ditolak oleh Banyak Contro, dengan alasan ia belum siap dan belum mempunyai pendamping. Ia hanya mau menikah dengan awanita yang mirip dengan mendiang ibunya. Untuk itu ia mengembara menuju gunung Tangkuban Perahu, menemui Ki Ajar Wirangrong. Olej orang tua tersebut ia disuruh mengembara ke timur, menuju Kadipaten Pasir Luhur. Dengan cara menanggalkan pakaian kebangsawanannya dengan berganti nama menjadi Kamandaka. Banyak Contro kemudian menyamar menjadi orang kebanyakan, dna berganti nama menjadi Kamandaka
Sesampainya di Pasir Luhur ia bertemu dengan Reksono patih Kadipaten Pasir Luhur yang menjadikannya sebgai anak angkat. Adipati Kandandoho, penguasa Kadipaten Pasir Luhur, mempunyai beberapa putrid yang semuanya sudha bersuami kecuali putri bungsunya Dewi Ciptoroso. Wajah dan penampilan Putri Pasir Luhur ini mirip dengan Ibu Kamandaka. Kamandaka berhasil menarik hati Dewi Ciptoroso. Tetapi pada suatu saat ketika mereka sedang berdua taman kaputren seorang prajurit kadipaten memergokinya. Kamandaka dikeroyok para prajurit yang mengiranya sebagai pencuri. Karena kesaktiannya ia dapat meloloskan diri. Tetapi sebelumnya ia sempat mengatakan identitasnya, bahwa Kamandaka putra Patih reksonoto. Adipati Patih Pasir Luhur murka dan memanggil Patih Reksonoto supaya menangkap kamandaka dan menyerahkan kepadanya.
Kamandaka yang melarikan diri dengan cara menceburkan diri ke sungai dilaporkan oleh Patih Reksomoto telah mati, hanyut dibawa arus sungai. Setelah jauh dari Pasir Luhur Kamandaka naik ke darat berjalan menuju sebuah desa. Di desa Paniagih ia bertemu janda miskin Mbok Kertosono, selanjutnya diangkat menjadi anaknya. Mbok Kertosono mempunyai seekor ayam jantan bernama Mercu, yang dirawat baik oleh Kamandaka. Ke mana-mana ia pergi dengan ayam-ayam lainnya. Mercu selalu menang, sehingga akhirya Kamandaka dikenal sebagai penyabung ayam yang hebat. Berita tersebut berita tersebut sampai di kadipaten Pasir Luhur. Berita masih hidupnya Kamandaka membuat marah Adipati Kandandoho dan memerintahkan prajuritnya untuk menangkap Kamandaka. Pada saat yang bersamaan tiba-tiba muncul seorang anak muda bernama Silihwarni yang mengajukan permohonan menjadi abdi di Pasir Luhur, mau menerima dengan syarat dapat menangkap atau membunuh Kamandaka.
Silihwarni sebenarnya adalah Banyak Nampar, adik kandung Kamandaka. Yang mendapatkan tugas dari ayahnya Prabu Siliwangi untuk mencari kakaknya. Untuk menjaga keselamatannya di perjalanan Banyak Ngampar dibekali senjata kerajaan, Kujang Pamungkas. Karena tidak tahu kalau Kamandaka adalah kakaknya yang dicari-cari maka Silihwarni berangkat dengan sepasukan Pasir Luhur menuju Desa Paniagih.
Sesampainya Silihwarni sampai Desa Paniagih ia bertemu dengan Kamandaka dan menantangnya bersabung ayam. Saat ayam jantan masing-masing bersabung Silihwarni menikam Kamandaka yang sedang lengah dengan Pusaka Kujang Pamungkas. Kamandaka terluka parah, tetapi ia dapat meloloskan diri dari kepungan prajurit Pasir Luhur dan sekarang dinmakan Desa Brobosan (mrobos=meloloskan diri). Saat Kaman daka beristirahat di suatu tempat, darahnya mengucur deras dari luka di lambungnya. Tempat tersebut I kemudian diberi nama Desa Bancaran (bancar=deras. Silihwarni bersama prajurit Pasir Luhur terus mengejarnya, dibantu anjing-aning pelacak, yang selanjutnya desa itu dinamakan Karang Anjing. Kamandaka terus lari ke arah timur, dan sampai di ujung jalan yang buntu (selanjutnya desa itu dinamakan Desa Buntu).
Setelah berlari cukup jauh akhirnya Kamandaka sampai di sebuah gua. Ia bersembunyi di dalamnya.Silihwarni yang kehilangan jejak, ia berteriak-teriak menantang Kamandaka supatya kerluar dari tempat persembunyiannya. Kamandaka menjawab, bahwa sebenarnya ia adalah putra mahkota Pajajaran Banyak Contro. Mendengar jawaban itu Silihwarni terkejut dan iapun berkata kalau sebenarnya = (sejatine) Ia juga putra Prabu SIliwangi, Banyak Ngampar. Keduanya baru sadar kalau mereka adalah bersaudara.
Selanjutnya Kamandaka bertapa di gua tersebut dan mendapat petunjuk bahwa niautnya untuk mempersunting Dewi Ciptoroso akan tercpai jika ia berpakaian lutung (kera. Dalam petunjuk tersebut ia diharuskan tinggal di hutan Baturagung baratdaya Baturaden. Di hutan itu kamandaka yang sidah menjadi kera bertemu Dewi Ciptoroso, yang ketika itu ia mengikuti ayahnya Adipati Kandandoho berburu. Kera yang jinak jelamaan Kamandaka segera menarik perhatian Dewi Ciptoroso yang menurut saja saat ditangkap dan dibawa ke Pasir Luhur. Sesampainya di pasir luhur kera tersebut tidak mau makan apa-apa, sehingga menimbulkan kekhawatiran Adipati Kandandoho. Ia membuat sayembara, siapa yang berhak member makan kera tersebut maka ia berhak memeliharanya. Banyak orang mencoba tetapi selalu gagal, kecuali Dewi CIptoroso. Sesuai dengan sayembara maka kera itupun dipelihara oleh putri bungsu Pasir Luhur dan diberi nama Lutung Kasarung. Pada malam hari kera tersebut berubah menjadi ujud aslinya, yaitu Kamandaka. Sedang siang hari menjelma lagi menjadi kera. Hal itu hanya diketahui oleh Dewi Ciptoroso.
Dikisahkan selanjutnya, Prabu Pule Bahas dari Nusa Kambangan ingin memperistri Dewi Ciptoroso, dan mengutus kerajaan untuk meminangnya. Jika keinginan tidak dikabulkan ia akan menghancurkan Kadipaten Pasir Luhur. Atas saran Lutung Kasarung, Dewi Ciptoroso menemui ayahnya dan mengatakan kalau ia bersedia menjadi istri Prabu Pule Bahas asal persyaratan yang akan diajukan dipenuhi asalkan dipenuhi. Salah satu syarat itu adalah Dewi CIptoroso di perbolehkan membawa Lutung Kasarung pada saat pengantin dipertemukan, Prabu Pule Bahas langsung menyetujui.
Ketika upacara pengantin berlangsung Lutung Kasarung selalu mengganggu, sehingga menimbulkan kejengkelan Prabu Pule Bahas. Prabu Pule Bahas memukulnya dan keduanya berkelahi. Raja Nusakambangan akhirnya tewas, digigit Lutung Kasarung. Kematian raja tersebut mengubah ujud asli lutung kasarung yaitu Kamandaka. Setelah menceritakan asal usulnya, Kamandaka akhirnya dikawinkan dengan Dewi Ciptoroso. Berita itu akhirnya sampai di Kerajaan Pajajaran. Niat Prabu Siliwangi untuk menjadikan Kamandaka sebagai raja tidak kesampaian. Karena pantang bagi seorang seorang yang sudah terkena pusaka kerajaan Kujang Pamungkas menjadi raja Pajajaran. Akhirnya kamandaka atau Banyak Contro menjadi adipati di Pasir Luhu, menggantikan ayah Dewi Ciptoroso.

1 komentar:

WONDEFULL UMROH - SUGENG mengatakan...

Sudah lama saya nggak ketemu Raden Kamandoko, terakhir mungkin sekitar tahu 1980an saya ke sana.....

 
Kembali lagi ke atas