Alkisah, di kesenyapan sebuah belantara, terdengar percakapan menarik antara Ibu Siput dengan anaknya. Siput kecil bertanya kepada ibunya, “Ibu, mengapa sejak lahir, kita harus membawa cangkang yang begitu keras dan berat ini?"
Sang ibu menjawab, “Pertanyaan yang bagus. Anakku, kita ditakdirkan dengan badan yang tidak ada tulang untuk menyangga. Kita berjalan dengan cara merayap, itu pun tidak bisa merayap dengan cepat. Jadi kita memerlukan cangkang ini untuk melindungi diri dari perubahan cuaca, hujan dan terik matahari dan juga marabahaya lainnya yang setiap saat mengintai kehidupan ini.”
Masih penasaran, siput kecil bertanya lagi, “Tetapi Bu, Kakak Ulat itu juga tidak mempunyai tulang, dan merayapnya juga tidak cepat. Mengapa mereka tidak perlu membawa cangkang yang keras dan berat ini?”
Dengan tersenyum sabar, sang Ibu menjawab lagi, “ Anakku, Kakak Ulat tentu berbeda dengan kita. Dia sebentar lagi akan berubah menjadi kupu-kupu, lalu bisa terbang ke alam bebas dan akan terlindungi oleh langit.”
Tak mau menyerah, siput kecil bertanya lagi, “Adik cacing tanah juga tidak memiliki tulang dan tidak merayap dengan cepat. Mereka juga tidak bisa berubah menjadi kupu-kupu. Mengapa mereka tidak perlu membawa cangkang yang berat ini?”
Ibu Siput kembali menjawab, “ Adik cacing tanah kan punya kemampuan bisa menyusup dan masuk ke dalam tanah. Mereka dilindungi dari bahaya oleh tanah dan bumi ini.”
Siput kecil tiba-tiba menangis keras, “Huhuhu.... Ibu, kita sungguh hewan yang kasihan sekali. Langit tidak melindungi kita, tanah dan bumi juga tidak melindungi kita.”
Kali ini dengan tegas sang Ibu menjawab, “Anakku, Tuhan Maha Adil. Itulah alasan mengapa kita mempunyai cangkang yang kuat ini! Kita tidak perlu bergantung pada langit maupun tanah, tapi kita harus bergantung pada diri sendiri. Jadi, mulai saat ini, terimalah keberadaan cangkangmu dengan perasaan gembira, karena itu adalah pelindung sejatimu yang telah diberikan Sang Pencipta kepada kaum kita”
Setiap makhluk hidup telah diperlengkapi dengan kelebihan dan kemampuannya masing-masing. Apalagi manusia! Selain fisik, juga memiliki akal budi dan moralitas yang membedakannya dengan makhluk lain di permukaan bumi ini. Karenanya, setiap manusia bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri, bukan hidup dengan mengandalkan bantuan dari orang lain.
Mari, belajar dan bertumbuh menjadi manusia yang lentur, berdiri kokoh di kaki sendiri tetapi juga sekaligus peduli kepada sesama. Dengan sikap mental kemandirian kita akan berani menatap ke depan dan siap berjuang mengubah nasib serta meraih kehidupan sukses yang gemilang.
Sumber : Andrie Wongso
Senin, 18 Agustus 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar