Selasa, 20 Januari 2009

BELENGGU KESUKSESAN


Belenggu Kesuksesan


Seorang petani hutan menemui seorang pawang gajah. Ia mengadukan tentang ladangnya yang dirusak oleh segerombolan gajah liar. Pawang tadi mengambil senjatanya dan pergi bersama petani keladangnya, disana terlihat gajah yang sedang memakan tanaman. Pawang gajah menembakkan senapannya ke arah gajah, sehingga gajah tersebut terjatuh pingsan. Kemudian pawang tadi mengikatkan rantai ke kaki gajah dan mengikatkan ujung lainnya ke sebuah pohon besar.

Pada saat gajah tersebut sadar, lalu berdiri berlari. Karena kakinya dirantai, maka gajah tersebut jatuh ke tanah. Hal itu terjadi berulang ulang sampai beberapa hari. Setelah gajah tersebut tidak meronta-ronta pawang mengganti rantai dengan ukuran yang lebih kecil, dimana apabila gajah tersebut meronta seperti pada kondisi-kondisi awal pasti rantai tersebut akan putus. Tetapi gajah tersebut sudah tidak meronta karena pada saat ia bergerak dan merasakan panjang rantai tersebut sudah maksimal, maka gajah tersebut akan berhenti. Ia hanya berjalan sepanjang rantai yang melilit di kakinya.

Dalam kehidupan kita banyak sekali rantai gajah yang membelenggu kaki kita. Entah itu dari orang tua kita, saudara, teman, dan masyarakat. Kita sering mendengan “Kamu itu orang desa tidak usah neko-neko, yang penting belajar biar besok jadi orang” itu dapat menjadi kaki gajah apabila kita memiliki potensi di bidang lain (seni, olah raga). Bagi wanita “Tidak usah sekolah yang tinggi-tinggi, yang penting sudah bisa masak”. Pada kenyataannya untuk menjadi seorang ibu rumah tanggapun dibutuhkan pengetahuan yang memadai agar dapat mengelola rumah tangga dengan lebih baik. Atau kalimat yang pedas “Kamu keturunan orang miskin, ngga usak bercita-cita yang tinggi, akan sia-sia”.
Suku, jenis kelamin, status ekonomi, warna kulit dan lain-lain tidak menunjukkan serta merta dapat membatasi apa yang kita inginkan. Kesuksesan menjadi hak orang-orang yang mau berusaha secara maksimal, tekun, tabah, tidak pantang menyerah, dan yakin keinginannya dapat tercapai. Yang Maha Pencipta akan mengabulkan usaha hamba-Nya sesuai dengan besaran usahanya. Untuk memperoleh sesuatu yang besar, harus berani berpikir melakukan hal-hal yang besar pula.

Kebumen, 20 Januari 2008

Tidak ada komentar:

 
Kembali lagi ke atas